Proses Panen dan Pascapanen Tanaman Hias
Proses Panen dan pascapanen Tanaman Hias
A. Panen dan Pasca panen Bunga Potong
a.) Panen Bunga potong
Kematangan tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga). Sebagai contoh, pada mawar, keadaan kuncup merupakan stadia yang baik dan pada stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis. Sedangkan bila perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat. Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air, yaitu sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun demikian panenan juga dapat dilakukan pada pukul 16.00 – 17.00. Pada saat tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Panen tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual. Penggunaan alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan dan alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang membuat panenan secara manual lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan panenan secara manual meliputi,
a) Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat secara berulang
b) Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah.
c) Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga kerja.
d) panenan secara manual bermodal kecil.
Masalah utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja. Penyediaan tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat sangat mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian, kualitas merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya pemasaran bungan potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen secara manual tetap sebagai pilihan utama.
b.) Pasca panen bunga potong
Kelompok tanaman hias bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai jumlah yang besar. Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan yakni; 1) berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat; 2) bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. beberapa jenis bunga potong yang terkenal di indonesia adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll. Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman hias seperti layu, patahnya batang dan daun, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pasca panennya agar produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama. penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan untuk kelompok tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman hias yang lain, hal ini karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong dengan warna yang menarik dan volume bunga potong yang dapat mencapai jumlah besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan pasca panen tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk:
1) memperkecil respirasi
2) memperkecil transpirasi
3) mencegah infeksi atau luka
4) memelihara estetika
5) memperoleh harga yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen tanaman hias. Untuk menerapkan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara baik dan benar, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca panennya yakni :
1. Kematangan bunga (flower maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur 4. Persediaan air
5. Pertumbuhan mikroorganisme
6. Kualitas air
7. Etilen
8. Kerusakan mekanis
9. Penyakit
Adapun tahapan dari pasca panen tanaman hias bunga potong adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bunga yang telah dipotong Bunga-bunga yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga) yang sesuai dengan kebutuhan setiap jenis bunga. Tempat bunga tersebut hendaknya disimpan pada suatu tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga.
2. Pengangkutan ke Tempat Sortasi Setelah selesai dikumpulkan, bunga diangkut ke tempat sortasi untuk disortir dan diseleksi. Di tempat sortasi, bila waktu untuk melakukan sortir bunga masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
3. Sortasi dan Seleksi Kualitas Bunga hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa/diteliti satu persatu untuk melihat kedaan bunganya, tingkat kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi panjang-pendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya (vigor), serta kebersihan daunnya.
4. Pengikatan/Pengelompokan Bunga (Bunching) Pada umumnya bunga dilakukan pengikatan / pengelompokan, kecuali anthurium, anggrek, dan beberapa bunga lainnya. Bunga dan daun-daunan yang telah diseleksi dan ditentukan kriteria grading-nya, diikat dengan menggunakan tali atau karet menurut aturan jumlahnya.
5. Pembungkusan Setelah diikat menurut aturan jumlahnya, bunga harus segera dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus sesuai dengan jenis bunga yang akan dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan (lecet-lecet) sehingga kualitas bunga tetap terjaga.
6. Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Zat pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu : conditioning, pulsing, holding, dan pembukaan kuncup. Conditioning. Merupakan perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung obat pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01 – 0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH mendekati 3.5. Pulsing Merupakan perlakuan dalam jangka waktu yang pendek setelah pemanenan, yaitu proses perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau sukrosa) dalam jumlah yang tinggi dan anti oksidan. Holding solution Merupakan larutan tempat dicelupkannya bunga-bunga sampai terjual atau larutan yang digunakan oleh konsumen untuk keragaan bunga. Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH, biosida, senyawa anti etilen dan zat pengatur tumbuh. Sumber energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, tetapi glukosa dan fruktosa juga efektif.
7. Penyimpanan Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa disimpan pada suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.
8. Pengepakan Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga harus dikemas dalam kardus/karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Di Kebun Ciputri, dalam satu kardus berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus chrysant, dimana isi per bungkusnya 10 tangkai. Untuk carnation dapat digunakan kardus berukuran 80 x 40 x 20 cm, yang dapat menampung 24-30 bungkus carnation, dengan isi 10 tangkai / bungkus. Pada bidang-bidang yang berukuran 40 x 40 cm untuk kardus chrysant, dan 40 x 20 m untuk carnation diberi lubang-lubang, sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara di dalam kardus. 10. Fumigasi Fumigasi hanya dilakukan apabila bunga tersebut akan di ekspor, dan negara tujuan ekspor mengharuskan perlakuan fumigasi ini. Kerugian dari fumigasi adalah dapat menurunkan vase life dari bunga yang difumigasi.
9. Penanganan Eceran Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera pada ruang dingin. Sesudah bungkus dibuka, bunga ditempatkan pada ruang pendingin untuk beberapa jam. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau jamban (vas) berisi bahan pengawet.
10.Pengiriman ke Tempat Penjualan Pengiriman bunga ke tempat penjualan dilakukan dengan menggunakan mobil boks yang mempunyai pengatur udara ruangan (air conditioner). Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik. Untuk pengiriman jarak jauh dapat dilakukan lewat kargo udara.
2.3. Panen dan Pasca Panen tanaman pot dan lansekap
Pada tanaman hias pada kelompok tanaman hias pot dan lanskep salah satu contohnya adalah lida mertua. Kegiatan panen dan pascapanen untuk tanaman pot dan lansekap tanaman ini secara umum meliputi:
(a) Pemanenan, (b) Sortasi dan grading, (c) Pembersihan/pencucian, (d) Penanaman/tranplantasi/repotting, (e) Pemeliharaan, (f) Pengendalian OPT, (g) Pengemasan, dan (h) Pengangkutan.
a.) Pemanenan
Tujuan panen adalah memanen tanaman yang siap panen sesuai kualitas dan spesifikasi Sansevieria yang diminta pasar atau konsumen Tanaman lidah mertua, dapat dijual pada berbagai umur dan ukuran, sesuai dengan permintaan pasar. Tanaman tersebut harus diakarkan dahulu sebelum dijual. Tanaman yang minim perakarannya akan tidak optimal pertumbuhannya dan kurang tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan selama transit. Adapun prosedur pemanenan adalah sebagai berikut:
a. Fase panen; dilakukan dengan mengecek tanaman yang cukup umur dan sesuai dengan spesifikasi tanaman yang diinginkan konsumen seperti tinggi tanaman, jumlah bunga yang mulai mekar, jumlah daun, kondisi ujung daun, tanaman dalam keadaan sehat, mulus, tidak cacat dan lain-lain.
b. Umur : 4 s/d 9 bulan, tergantung spesifikasi tanaman yang diinginkan. Semakin tua, tanaman memiliki ukuran semakin tinggi dan rumpun semakin banyak. Tanda-tanda dapat dipanen : (1) Tinggi tanaman yang dinginkan biasanya 40 cm s/d 75 cm atau sesuai spesifikasi yang diminta konsumen. (2) Jumlah daun tiap rumpun disesuaikan dengan keinginan konsumen. (3) Rumpun dan helaian daun yang sehat, mulus serta tidak patah ujung.
c. Waktu panen; dengan memperhatikan cuaca, seperti diupayakan supaya tidak dalam kondisi hujan.
d. Peralatan panen; Menggunakan peralatan yang bersih dan tajam serta bebas dari gangguan hama penyakit tanaman antara lain cangkul, garpu, gunting pangkas, pisau/golok, tali dan alat angkut.
e. Proses pemanenan; Panen dilakukan secara hati-hati dengan cara membongkar tanah diatas bonggol yang dipanen, sehingga terlihat bonggol yang akan dipotong. Pemotongan bonggol dekat dengan indukan, untuk menghindari busuk dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari memar/patah. Hindari luka bekas potong terinfeksi dan usahakan mongering lukanya. Setelah bekas potongan bonggol tanaman induk mengering, lakukan penimbunan bonggol dengan tanah.
f. Prosedur pencatatan pada saat pelaksanaan panen penting dilakukan.
b.) Pasca panen
a. Sortasi dan Grading
Penyortiran dilakukan dengan pemilahan tanaman sesuai dengan mutu dan ukuran tanaman. Adapun prosedur penyortiran adalah sebagai berikut:
ü Mutu tanaman; pemisahan tanaman yang memenuhi standar sehat, kondisi akar, batang, dan daun tidak cacat.
ü Ukuran tanaman; pemilahan tanaman disesuaikan dengan tinggi tanaman, panjang, dan lebar daun.
Grading dilakukan berdasarkan menurut tinggi tanaman. Adapun prosedur grading dilakukan dengan mengelompokkan tanaman sesuai grade atau standar yang berlaku atau berdasarkan permintaan konsumen. Bila diperlukan, dikelompokkan sampai 3 grade, yaitu grade A, B dan C. Pengelompokkan juga dilakukan berdasarkan ukuran tinggi tanaman, bentuk, kelurusan daun, mulus, tidak cacat, sehat serta warna tanaman. Tanaman lidah mertua dipilih berdasarkan penampilan fisik secara umum, seperti, luka-luka/goresan/cacat pada daun. Penampilan tanaman pot yang akan dipasarkan perlu diperhatikan, karena standar untuk penilaian tanaman lidah mertua fokus pada penampilan umum tanaman.
b. Pembersihan/Pencucian
Pembersihan dilakukan dengan tujuan agar tanaman bersih dari kotoran yang menempel seperti tanah dan organisme pengganggu lainnya. Tahapan pembersihan/pencucian meliputi :
a. Bagian bonggol akar tanaman dipotong kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel.
b. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyemprotan air bertekanan halus, kemudian dapat juga dilakukan dengan menggunakan larutan desinfektan seperti fungisida, selanjutnya tanaman ditiriskan dan dikeringanginkan.
c. Tanaman yang sudah bersih dan tiris dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan dalam posisi berdiri dan bonggol pada posisi di bawah.
d. Untuk tanaman yang tidak segera dikemas, tidak segera diangkut dan tidak langsung dikirim, tanaman disimpan dalam ruangan yang bersih dengan memperhatikan sirkulasi udara yang ada. Suhu penyimpanan juga perlu diperhatikan sesuai standar ketentuan yang telah ditetapkan
D. Penanaman/Tranplantasi/Repotting
Jika dalam jangka waktu yang lama dan pertumbuhannya terlalu rapat. pot dapat diganti dua kali dalam setahun. Sebelum dipindahkan, tanaman yang akan dipindahkan harus disiram terlebih dahulu sehari sebelumnya. Ketika tanaman dipindahkan, maka akar harus dipangkas/dibersihkan terlebih dahulu. Pot yang baru harus memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga dapat mendorong pertumbuhan akar. Selanjutnya pot juga harus diisi dengan tanah atau media tumbuh dan setiap akar harus benar-benar tertutup dengan media. Langkah selanjutnya pot tanaman juga harus disiram dengan baik dan ditempatkan di tempat yang teduh beberapa hari untuk menghindari terjadinya transpirasi dan cahaya yang berlebihan
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pemupukan.
a. Prosedur penyiraman dilakukan dengan menggunakan sarana/alat penyiraman yang memadai antara lain dengan menyemburkan air bertekanan halus ke bagian tanaman dan menyiram bagian pot/ media tanam.
b. Prosedur pemupukan dilakukan sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman dengan menaburkan atau menyiram pupuk di sekitar pohon.
F. Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan dengan beberapa tindakan sanitasi yaitu:
a. Menjaga pot tanaman selalu bersih dan bebas dari debu/kotoran. Debu pada tanaman dapat dicegah dengan menggunakan senyawa pemberi kilap daun. Debu juga dapat dihilangkan dengan penyemprotan menggunakan air atau membersihkan tanaman dengan tangan, kapas, sikat lembut, atau spons dengan frekuensi pembersihan sekali dalam seminggu.
b. Hama dan penyakit pada tanaman juga dapat dikendalikan dengan membuang daun dan batang yang terinfeksi. Setiap bagian tanaman yang terinfeksi juga harus dibakar untuk mencegah penyebaran infeksi k tanaman lainnya.
c. Beberapa jenis hama dapat dihilangkan dengan mencuci daun dengan larutan deterjen.
d. Teknik lain yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan tanaman dari debu menggunakan aliran udara, seperti dari nozel vacum cleaner.
e. Daun yang sudah tua, layu, atau kering juga harus segera dipisahkan dari tanaman.
f. Pot juga harus terlindungi dari kontaminasi dengan dicuci menggunakan deterjen.
g. Jika teknik sanitasi sederhana tidak efektif, tanaman dapat disemprot dengan pestisida yang tepat sesuai dengan petunjuk. Tanaman harus selalu disemprot di luar ruangan untuk menghindari polusi udara di ruang tertutup. Setelah penyemprotan dengan menggunakan bahan kimia, tanaman harus disimpan dalam ruangan berventilasi.
G. Pengemasan
a. Ketentuan Umum
· Tanaman dikemas dengan bahan tertentu yang tidak mengganggu fisiologis tanaman, namun memudahkan dalam hal pengiriman.
· Kondisi tanaman tidak mengalami kerusakan akibat kegiatan penanganan.
b. Standar Prosedur Pengemasan
1) Kemasan untuk pengiriman melalui pesawat udara (untuk tanaman berukuran kecil sampai sedang):
· Bahan kemasan dipilih bahan yang cukup tahan terhadap tekanan beban sedang sampai dengan ringan, seperti kardus dan styrofoam.
· Jenis kemasan yang dapat digunakan antara lain adalah kardus dengan ukuran dan kapasitas tertentu. Diberi alas dengan menggunakan koran. Kemasan kardus dilubangi secukupnya pada kedua sisi agar tanaman masih dapat melangsungkan proses respirasi.
· Kardus/styrofoam harus ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat. Pencatatan tentang identitas pengirim dan alamat pengirim, nama isi kemasan, spesifikasi isi baik jumlah maupun grade juga dicantumkan.
2) Kemasan untuk pengiriman melalui kapal laut :
· Bahan peti kemas dipilih bahan yang cukup tahan terhadap tekanan beban dan ringan, antara lain terbuat dari kaso dan papan kayu yang ringan.
· Ukuran lebar dan tinggi disesuaikan dengan ukuran kontainer.
· Setiap lapisan/susun, pada bagian peti kemasan
· bagian dasarnya dialasi plastik dan styrofoam yang dibasahi untuk menjaga kelembaban. Dasar lapisan terbawah diberi jarak sekitar 10 cm, sehingga tidak kontak langsung dengan dasar lantai.
· Antar papan diberi jarak selebar papan, sehingga sirkulasi udara terjaga.
· Penyemprotan peti kemas dengan desinfektan disesuaikan dengan negara tujuan. Tidak semua negara mau menerima tanaman yang mengandung residu pestisida.
· Cara/prosedur penyusunan tanaman harus diperhatikan, jaga agar tanaman tidak mengalami kerusakan secara mekanis.
· Temperatur dalam kontainer juga harus diatur sekitar 160C.
· tap pada bagian dalam kontainer dilapisi kardus untuk menyerap air embun, sehingga tidak menetes ke bagian tanaman.
· Tanaman yang dikemas harus dalam keadaan bersih serta ditiriskan dan dikeringanginkan terlebih dahulu.
· Setiap box dituliskan grade, isi serta dituliskan alamat pengirim serta kepada siapa barang akan dikirim.
· Box yang sudah selesai dikemas ditempatkan di tempat yang teduh dan kering sebelum tanaman siap untuk dikirim, Pencatatan dilakukan pada setiap box.
· Untuk pengiriman barang, produsen dapat berkoordinasi dengan bagian cargo atau ekspedisi. Jenis media yang digunakan pada saat pengiriman juga diperhatikan. Untuk keperluan ekspor, media yang biasa digunakan adalah cocopeat.
3) Kemasan untuk pengiriman dengan menggunakan mobil box:
· Bahan kemasan dipilih yang cukup tahan tekanan beban sedang dan goncangan.
· Jenis kemasan yang dapat digunakan antara lain adalah styrofoam dan kardus dengan ukuran dan kapasitas tertentu, styrofoam diberi alas dengan menggunakan koran.
· Kemasan kardus dilubangi pada kedua sisi agar tanaman masih dapat melangsungkan proses respirasi. Pastikan tanaman tidak dalam keadaan rusak dan kering air.
· Kardus/styrofoam harus ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat.
· Cara/prosedur penyusunan tanaman juga harus diperhatikan, jaga agar tanaman tidak mengalami kerusakan secara mekanis.
· dalam kontainer diatur sekitar 160C.
· Pencatatan tentang identitas pengirim dan alamat pengirim, nama isi kemasan, spesifikasi isi baik jumlah maupun grade juga dicantumkan.
H. Pengangkutan
Prosedur pengangkutan meliputi pengaturan kelembaban ruang di kendaraan dan pengangkutan kemasan ke alat transportasi.
a. Pengaturan kelembaban ruang di kendaraan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
· Menempatkan pot dalam kardus secara benar.
· Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan sarana angkutan berupa blower/alat pendingin.
· Menata kardus/peti sesuai dengan kekuatan/ketahanan kardus agar diperoleh sirkulasi udara yang memadai.
b. Pengangkutan kemasan ke alat transportasi
o Penyiapan sarana/alat angkut yang memadai.
o Kemasan diangkut ke alat transportasi dengan menggunakan troli atau alat bantu lain yang sejenis.
2.4 Pemasaran Tanaman Hias
2.1 Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses interaksi sosial antara individu dengan kelompoknya untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan diperoleh dengan menciptakan, menawarkan, serta melakukan pertukaran barang dan jasa kepada pihak lain.
Pemasaran yang baik bukan sebuah kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang cermat. Membuat keputusan yang benar tentang perubahan tidak selalu mudah.
Kotler P. (2003) menjelaskan bahwa langkah awal strategi pemasaran yang efektif adalah orientasi yang tepat pada fungsi pemasarannya. Pada dasarnya konsep pemasaran terdiri dari empat pilar yaitu tahap sasaran pasar, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi, dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep pemasaran menegaskan kunci untuk mencapai sasaran adalah penjual harus lebih efektif dibanding para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (segmentasi dan target pasar) dan bagaimana perusahaan melayaninya (positioning). Penentuan strategi menggunakan bauran pemasaran 4P (product, price, promotion dan place) juga digunakan sebagai dasar penentuan strategi pemasaran yang dijalankan. Melalui tahapan evaluasi dapat diketahui perlu atau tidaknya penambahan maupun perubahan strategi secara keseluruhan yang bermanfaat untuk keberlangsungan usaha di masa yang akan datang.
2.2 Analisis Lingkungan Internal Pemasaran
Analisis lingkungan internal pemasaran merupakan faktor-faktor yang terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada dalam pemasaran. Kekuatan merupakan faktor-faktor yang merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh penjual di pasar sasaran ,sedangkan kelemahan merupakan faktor-faktor yang menjadi kekurangan penjualan dibandingkan dengan pesaingnya dalam pasar
2.3. Marketing Mix
Dalam marketing mix tanaman hias mencakup beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu diantaranya memasarkan produk, promosi, distribusi, harga dan kemasan. Berikut adalah penjelasanya.
2.3.1 Produk
Salah satu kunci membangun strategi pemasaran adalah menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sebagus apapun produk yang ditawarkan jika tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan akan ditolak. Produk usaha bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu produk utama dan produk pendukung. Usaha penjualan tanaman hias ini lebih baik lagi bila melakukan survey kebutuhan pelanggan terlebih dahulu agar produk yang diberikan sesuai dengan pilihan mereka. Dari hasil survey tersebut, bisa ditentukan jenis-jenis apa saja yang bisa disediakan di kios tanaman hias “Taman Puspa”.
2.3.2 Harga
Menetapkan harga sebuah tanaman hias itu mudah, meski tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan. Salah satunya adalah melihat harga pesaing. “Taman Puspa” harus menentukan ingin harga lebih mahal atau lebih murah dibandingkan pesaing. Untuk menentukan harga yang lebih mahal bisa dilakukan dengan pengemasan (diletakkan di pot keramik yang lebih mahal) sehinga harganya tentu lebih mahal. Dalam bisnis tanaman hias, terdapat strategi-strategi penentuan harga yang bisa dilakukan, antara lain :
Ø Block Pricing : Bisa diartikan sebagai harga borongan. Harga ini dipatok agar pembeli bisa memilih untuk membeli borongan atau eceran. Cara ini biasa digunakan oleh pedagang tanaman hias yang mau cuci gudang. Namun, bisa juga dimanfaatkan oleh nursery yang menjual tanaman-tanaman yang susah dijual eceran.
Ø Commodity Bundling : Beberapa produk yang tidak sejenis dijual dalam satu paket harga. Misalnya, membeli sejumlah anthurium dengan tambahan beberapa pot aglaonema. Maksudnya, supaya semua tanaman bisa terjual
Ø Price Discrimination : Diskriminasi harga artinya konsumen yang sama diberi harga berbeda karena pembelian volume berbeda. Jika konsumen membeli satuan dengan harga Rp 100.000,- per pot, ia akan mendapat harga Rp 60.000,- per pot jika membeli 100 pot. Konsumen bisa diberi harga prospek. Harga yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan harga normal kalau konsumen dianggap memiliki prospek, yakni bisa menjual banyak dan pandai memasarkan tanaman kita.
2.3.3 Promosi
Promosi merupakan faktor yang sangat penting dalam pemasaran. Promosi adalah usaha sadar untuk melakukan sosialisasi, penerangan and pemberitahuan kepada masyarakat tentang berbagai informasi yang biasanya mengenai berbagai produk yang ditawarkan. Aktivitas promosi melibatkan berbagai bentuk dan variasi yang sangat beragam.
Bentuk promosi yang bisa dilakukan adalah :
Ø Open house dan Promosi dari mulut ke mulut : Mulailah dari tetangga yang paling dekat dan orang-orang di lingkungan tempat tinggal. Satu orang memberikan penjelasan kepada orang lain karena merasa mendapatkan manfaat yang baik dari tanaman hias yang dibeli. Promosi ini sangat efektif karena biasanya orang lebih percaya kepada apa yang dikatakan oleh saudara ataupun teman-teman yang sudah merasakan terlebih dahulu.
Ø Iklan, yaitu penyebaran informasi produk melalui berbagai media. Iklan yang murah bisa berbentuk brosur, leaflet dan juga spanduk yang dipasang di sekitar wilayah dimana konsumen berada. Dengan demikian informasi lengkap bisa didapatkan oleh target konsumen. Sebarkan juga brosur dan leaflet ke sejumlah instansi-instansi pemerintah yang sering mengadakan acara dan membutuhkan dekorasi berupa tanaman hias dan jangan ragu pula untuk beriklan di media massa seperti surat kabar dan radio.
Ø Rajin mengikuti pameran tanaman hias. Belilan tanaman hias yang jarang terdapat di daerah setempat dan dipajang di depan stand untuk menarik pembeli.
Komentar
Posting Komentar